Cerita Inspirasi : Seorang Tukang Kayu

Seorang tukang bangunan yang sudah
tua berniat untuk pensiun dari
profesi yang sudah ia geluti selama
puluhan tahun.

Ia ingin menikmati masa tua bersama
istri dan anak cucunya. Ia tahu ia
akan kehilangan penghasilan rutinnya
namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh
istirahat. Ia pun menyampaikan
rencana tersebut kepada mandornya.

Sang Mandor merasa sedih, sebab ia
akan kehilangan salah satu tukang
kayu terbaiknya, ahli bangunan yang
handal yang ia miliki dalam timnya.
Namun ia juga tidak bisa memaksa.

Sebagai permintaan terakhir sebelum
tukang kayu tua ini berhenti, sang
mandor memintanya untuk sekali lagi
membangun sebuah rumah untuk terakhir
kalinya.

Dengan berat hati si tukang kayu
menyanggupi namun ia berkata karena
ia sudah berniat untuk pensiun maka
ia akan mengerjakannya tidak dengan
segenap hati.

Sang mandor hanya tersenyum dan
berkata, “Kerjakanlah dengan yang
terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas
membangun dengan semua bahan terbaik
yang ada.

Tukang kayu lalu memulai pekerjaan
terakhirnya. Ia begitu malas-malasan.
Ia asal-asalan membuat rangka
bangunan, ia malas mencari, maka ia
gunakan bahan-bahan berkualitas
rendah. Sayang sekali, ia memilih
cara yang buruk untuk mengakhiri
karirnya.

Saat rumah itu selesai. Sang mandor
datang untuk memeriksa. Saat sang
mandor memegang daun pintu depan, ia
berbalik dan berkata, “Ini adalah
rumahmu, hadiah dariku untukmu!

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia
sangat menyesal. Kalau saja sejak
awal ia tahu bahwa ia sedang
membangun rumahnya, ia akan
mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya,
ia harus tinggal di rumah yang ia
bangun dengan asal-asalan.

Inilah refleksi hidup kita!

Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini.
Anggaplah rumah itu sama dengan
kehidupan Anda. Setiap kali Anda
memalu paku, memasang rangka,
memasang keramik, lakukanlah dengan
segenap hati dan bijaksana.

Sebab kehidupanmu saat ini adalah
akibat dari pilihanmu di masa lalu.
Masa depanmu adalalah hasil dari
keputusanmu saat ini.
////////////////////////////////////////

WNI Korban Penembakan ‘Batman’ di Colorado: Anak Saya Bilang ‘Dad, Aku Kena Tembak Juga!’

Penonton Film Batman Diberondong Tembakan

Peristiwa tragis mewarnai pemutaran perdana film Batman “The Dark Knight Rises”. Seorang pria bermasker yang membawa senjata api menembaki kerumunan orang yang tengah mengantre untuk nonton film itu di sebuah bioskop di Denver, Colorado, Amerika Serikat. Insiden ini menewaskan 14 orang dan melukai puluhan orang lainnya.

Jakarta Tiga warga Indonesia menjadi korban insiden penembakan saat pemutaran film perdana Batman ‘The Dark Knight Rises’ di Denver, Colorado, Amerika Serikat. Tiga warga Indonesia yang merupakan satu keluarga ini mengalami luka tembak.

“Saya menangis kalau ingat bagian ini. Anak itu panggil saya ‘Dad, aku kena tembak juga!” tutur Anggiat Mora Situmeang seperti dikutip VOAnews.com, Minggu (22/7/2012).

Berikut wawancara lengkap reporter VOA, Eva Mazrieva dengan Anggiat Mora Situmeang:

Eva: Pertama kali kami dari VOA Siaran Indonesia ingin menyampaikan simpati atas musibah yang Bapak alami. Satu hal yang tentunya tidak kita inginkan.

Anggiat Situmeang: Terima kasih banyak Mbak Eva.

Eva: Saya mendapat informasi bahwa Bapak malam itu menyaksikan film Batman “The Dark Knight Rises” itu jam 00:05 di ruang bioskop kedua. Benarkah demikian? Lalu bagaimana detil penembakan yang terjadi di dalam ruangan?

Anggiat: Iya Mbak. Movie yang jam 00:01 sudah penuh, lalu dibuka lagi jam 00:05 di teater 9 yang kami tonton, dan karena penuh sesak jadi dibuka lagi jam 00:10 di teater 16. Filmnya sama tapi malam itu pemutaran perdana jadi penuh sesak. Teaternya ini berdekatan. Saya masuk di teater 9, cari-cari bangku di tengah-tengah. Tepat pukul 00:05 film ini diputar. Kira-kira film berjalan lima menit, saya lihat ada benda melayang dari depan kanan ke tembok kiri di sisi saya. Benda ini melewati beberapa penonton.

Eva: Benda ini bukan peluru?.

Anggiat: Bukan. Warnanya hitam seperti pentungan. Ukurannya sejengkal dan mengeluarkan desis. Saya pikir ini bagian dari entertainment movie, pertunjukkannya. Jadi penonton di sekitar saya tertawa dan bertepuk tangan. Karena saya lihat benda itu melayang ke depan kanan saya, tiba-tiba orang itu berdiri menghadap saya, dan mulailah terjadi tembakan.

Eva: Orang yang Bapak lihat itu berpakaian biasa atau mengenakan kostum tertentu?

Anggiat: Seperti statement saya kepada polisi disini, saya pertama kali mengira ia orang kulit hitam. Tapi ternyata statement saya itu salah karena ia justru mengenakan topeng seperti yang ada di film.

Eva: Lalu mulailah terjadi penembakan?

Anggiat: Iya! Pertama kali rentetan lima peluru. Disitu saya sadar ini bukan bagian dari pertunjukkan. Saya bilang ke anak dan istri, ini penembakan. Saya suruh mereka tiarap. Kondisi tiarap tidak bisa langsung ke lantai seperti tentara, karena ruang antar baris tempat duduk sangat sempit, jadi kami tiarap di kursi. Jadi kami seperti menungging saja. Itu penembakan pertama. Lalu berhenti sekitar 30 detik, dilanjutkan rentetan tembakan kedua kurang lebih 10-12 peluru. Salah satunya kena lantai di bawah saya, percikan lantai mental ke mata kiri saya. Sampai sekarang mata saya memar. Lalu tembakan berhenti lagi sekitar 30 detik. Nah disitulah saya ambil keputusan dengan keluarga untuk lari keluar dari gedung. Anak saya di depan, istri dan saya lari di belakang mereka. Saya tidak tahu mengapa anak saya itu lari justru ke arah penembak. Saya sebagai orang tua tidak mau pisah. Masa anak dan istri ke kanan, saya malah ke arah sebaliknya. Saya juga feeling penembak itu tidak diam tapi bergerak kesana kemari. Dalam session ini saya sudah tidak melihat dimana sang penembak itu. Yang jelas saya terakhir lihat dia berdiri di baris pertama teater itu. Jadi kami lari ke pintu exit di depan, butuh waktu sekitar 10 detik untuk cari dimana pintunya karena suasana sangat gelap. Di situlah kami kena tembak!. Di pintu itu kami berlima. Saya paling belakang, istri, anak dan dua orang lagi laki-laki dan perempuan. Di situ kena tembak tiga orang si Rita istri saya,(anak saya) si Prodeo et Patria. Saya ini… Ah… Pintu sudah terbuka. Maaf saya tidak kuat Bu… Saya tidak tahan untuk tidak…. Maaf saya jadi nangis Bu…. Maaf sebentar yaa. Saya menyesal sekali. Sudah sampai pintu kok malah kena tembak. Saya menyesal menyuruh mereka keluar. Andaikan masih tiarap pasti tidak kena tembak. Saya tidak habis menyesal….

Eva: Ini insting kita sebagai manusia Pak. Kita pasti mencari jalan untuk selamat.

Anggiat: Iya Bu. Laki-laki yang kena tembak di depan saya itu, kakinya rusak. Besar sekali dia. Dipanggul sama temannya yang perempuan. Prodeo masih jalan. Rita jatuh di lantai, jadi saya panggul dia kurang lebih 30 kaki, saya tidak kuat lagi. Saya kehabisan nafas dan saya bilang sama mereka, “stop Prodeo sampai di sini saja lah!”. Karena memang lampu polisi dari kejauhan sudah terlihat. Tapi saya sudah kehabisan nafas. Tidak bisa ngomong lagi. Saya sadarkan istri saya ke tembok. Dia sudah tidak bisa ngomong. Saya lihat darah keluar tapi gak tahu dari mana. Tiba-tiba anak saya memanggil dengan suara lemas. Ini lagi Bu… Maaf…. Saya tidak kuat. Saya menangis kalau ingat bagian ini. Anak itu panggil saya. “Dad, aku kena tembak juga!”. Jadi dia waktu di pintu exit sebenarnya sudah tertembak, tapi masih menolong orang. Saya betul-betul sedih. Dia bilang “Dad, coba lihat dulu. Ini belakang saya sakit sekali!”. Terus saya angkat bajunya dan lihat lobang di pinggang bagian bawah. Jadi kalau dia nafas atau bergerak keluar darah mengucur. Saya sedih sekali. Maaf Bu… Akhirnya saya tuntun dia duduk dekat mamaknya. Disitu pun dia masih ngurus mamaknya. Dia berulang kali bilang “Mom, you have to say something… Please Mom! Please”. Dia takut sekali mamaknya pergi karena sudah diam saja. Terkulai lemas tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk mengangkat kepala.

Eva: Setelah itu polisi datang?

Anggiat: Iya! Kami dibawa ke rumah sakit tidak dengan ambulan tapi dengan mobil polisi. Kami didudukkan bertiga di belakang mobil polisi. Satu perempuan lagi didudukkan di bangku depan. Kami dilarikan di university hospital. Kaki Rita saya ikat dengan kaos atau semacam jaket begitu milik salah seorang penonton yang saya temukan. Selanjutnya Rita dipindahkan ke RS Denver karena ini khusus rumah sakit untuk tulang.

Eva: Ibu Rita masih menjalani operasi sekarang?

Anggiat: Iya! Kami sedang menunggu di luar.

Eva: Operasi ini untuk mengeluarkan proyektil peluru atau mengobati luka terkena peluru?

Anggiat: Dokter sebut itu “fragment” (kepingan). Saya tidak tahu apa bedanya itu bullet dengan “fragment”. Yang jelas di lengan kirinya ada dua lobang dan merusak siku. Saya gak jelas sikunya lepas atau patah. Tapi menurut dokter cukup berat karena tidak hanya bisa dibersihkan dan dibuang “fragment”nya tapi juga dibetulkan sikunya. Untuk yang kaki “fragment”nya dibiarkan, tidak diambil.

Eva: Bagaimana dengan Prodeo?

Anggiat: Anak saya itu juga dibiarkan. Memang yang bersarang itu peluru tapi dibiarkan karena menurut dokter peluru berhenti di tempat yang aman, di lemak. Peluru berhenti di pinggang sebelah kanan. Tidak ada surgery. Dianggap luka biasa dan akan sembuh kembali lukanya.

Eva: Jadi menurut dokter, peluru itu tidak akan menimbulkan dampak apapun untuk perkembangannya?

Anggiat: Nah ini juga yang membingungkan karena saya memang tidak bisa menyerap keterangan dokter sepenuhnya. Ketika mereka bilang “the bullet stop in the safe place”, saya gak paham apa itu “safe place”. Saya butuh anggota keluarga yang paham soal medis. Saya sebetulnya ingin juga dapat keterangan, apa akibat dari keberadaan peluru itu disana? Bagaimana kalau si Prodeo yang sekarang kelas 10 ini nanti ikut PE (pelajaran olah raga)?. Atau ada rencana untuk diangkat dalam 1-2 tahun. Apalagi anak saya baru 14 tahun.

Eva: Apa benar rumah sakit tempat korban dirawat sekarang dijaga pihak berwenang dan Bapak sendiri sudah berulangkali diinterogasi mereka?

Anggiat: Iya. Saya sudah diwawancarai enam kali oleh orang yang berbeda-beda. Sampai-sampai pakaian, celana dan sepatu saya diambil. Saya sempat jalan-jalan satu hari penuh dengan seragam rumah sakit yang terbuat dari kertas. Hanya beralas sandal rumah sakit. Susah sekali pertama-tama di Denver ini. Tapi saya sudah sempat pulang ke rumah, ambil pakaian untuk istri dan anak saya. Apalagi saya dengar banyak pejabat kita mau datang, yaaa saya harus rapi sedikit lah! Hahaha…

Eva: Adakah anggota keluarga dari Indonesia yang akan datang ke Denver?

Anggiat: Ada adik ipar saya, saudara kembar si Rita, namanya Rina, yang akan bertolak dari Jakarta. Sedang menunggu bantuan bapak-bapak berwenang di Jakarta supaya dimudahkan pemberangkatannya. Semoga ia bisa jadi teman si Rita untuk pengobatan.

Eva: Mengingat profesi Bapak sebagai “perawat”. Apakah akan cuti sejenak dari pekerjaan ini?

Anggiat: Saya ini khan CNA (certified nurse aid) di dua tempat Bu. Saya bekerja tujuh hari dalam seminggu. Di Heritage Club dan Aspen Viestas, keduanya “nursing home”. Isteri saya juga tapi hanya di satu tempat saja.

Eva: Baik Pak Anggiat, terima kasih sekali atas kesempatan wawancara yang diberikan. Sampaikan salam kami dari VOA untuk ibu Rita dan Prodeo agar diberi kekuatan dan cepat sembuh kembali.

Anggiat: Terima kasih banyak Mbak Eva.
(mpr/mpr)

Italy beat Germany 2-1 to reach Euro Final 2012

Italian striker Mario Balotelli scored two magnificent goals against Germany in the first half of their Euro 2012 semi-final on Thursday, giving his side a 2-1 victory over Germany and sending the Azzurri into a final against Spain.

By News Wires (text)

AFP – A Mario Balotelli header and a thumping drive gave Italy a richly deserved 2-1 win over Germany in Thursday’s Euro 2012 semi-final in Warsaw.

The 21-year-old struck a first half brace to stun the Germans before a Mesut Ozil penalty reduced the deficit at the death.

Italy will play defending champions Spain in the final on Sunday in Kiev.

Balotelli headed in on 20 minutes after a superlative piece of skill and cross from Antonio Cassano, who out-foxed two defenders before delivering the striker his chance on a plate.

Then on 36 minutes Balotelli produced a scintillating second, smashing home from just outside the box after beating the offside trap after a Riccardo Montolivo through ball played him into acres of space.

Balotell removed his shirt and stood stock still to milk the applause – taking the resulting booking as a minor irritation.

Although the Germans put the pressure on after the interval Claudio Marchisio could have added further goals after the break as he broke free twice only to fire narrowly wide.

With 20 minutes remaining Balotelli gave way to Antonio Di Natale after pulling up with cramp.

Di Natale came close as he fired into the side netting late on as the Italians maintained their record of never losing to the Germans at a major tournament.

Portugal Vs Spain | Euro 2012 Semifinals: Remember, Remember, The 17th Of November

Portugal Vs. Spain, Euro 2012 Semifinals: Remember, Remember, The 17th Of November

It was just a friendly, and it happened in Lisbon in front of a far-from-neutral crowd, but Portugal’s first team defeated Spain’s first team 4-0 just under two years ago, on Nov. 17, 2010.

Eight players who will take the pitch for Spain on Wednesday started in that match; for Portugal, it’s six. Cristiano Ronaldo, João Moutinho, Nani, João Pereira, Raul Meireles and Bruno Alves were all starters in that game. Rui Patrício and Pepe were halftime substitutes for Portugal, while Cesc Fàbregas and Álvaro Arbeloa entered the game as subs for Spain.


Last Game: Portugal 1-0 Czech Republic | Spain 2-0 France


Carles Puyol, David Villa and Ricardo Carvalho won’t be involved in Wednesday’s Euro 2012 quarterfinal, but these are essentially the same teams. Both have upgraded significantly at the left back position since then and now feature two of the best attacking left backs in the world. Hélder Postiga would have started both games if he didn’t pick up an injury in the quarterfinal. It’s the same Spain and Portugal.

Friendlies usually don’t matter much in terms of analyzing competitive fixtures, especially 19 months later, but these teams are too similar to dismiss that match as irrelevant. Spain and Portugal are, at this moment, essentially the same teams. They’re under the same managers, in the same formations, with the same relevant personnel.

There is, of course, a human factor worth noting. Spain were just coming off of a World Cup victory in November 2010, while Portugal had just recently named a new manager after an average World Cup and a poor start to their Euro 2012 qualifying campaign. The Portuguese players were fighting for pride and to win a place in their new manager’s first XI. Spain could have lost that match 10-0 and kept their dignity intact; post-World Cup friendlies are least relevant to the team that just won the World Cup.


Related: Spain Are Boring, And It Doesn’t Matter


For all the apparent similarities, though, Spain and Portugal do enter the Euro 2012 semifinals as different teams than the ones who played in that friendly. Beyond the obvious motivational factors, Spain look like a more cohesive team who is, somehow, even better at keeping the ball than they were then. The dynamic runs of Jordi Alba give the opposition something new to think about and David Silva has established himself as the world’s best attacking player outside of Real Madrid and Barcelona. Sergio Busquets isn’t young anymore. Fàbregas is comfortable as a center forward now, while Andrés Iniesta is comfortable on the left.

Portugal’s differences are less positive, which is incredible considering the strides they’ve made to become a team good enough to dispatch Denmark, the Netherlands and the Czech Republic en route to a major semifinal. The team that scored four times against Spain did so by attacking quickly and directly, something it seems the Portuguese have forgotten how to do. They have played as the measured and slow versions of themselves throughout the tournament, and have done nothing to indicate they’re going to duplicate their performance in that friendly — not even necessarily in the result, but also from a stylistic standpoint.

There have been flashes of that Portugal team in Poland and Ukraine, however. They haven’t started quickly in any of their matches, but they showed that they were capable of fast, direct counter attacks against both Denmark and the Netherlands. A stylistic repeat of their friendly against Spain seems unlikely given the performances of both teams so far in the Euros, but Paulo Bento’s side has shown, for brief periods of time, that they’re capable of playing that way.

Their match against Germany seems to indicate that Bento prefers to sit back and play conservatively against truly elite sides, but perhaps he was just accounting for Germany’s style of play. Spain are more accomplished than Germany and have as least as much raw talent (if not more) among their ranks, but they don’t play the same way. Germany can pass and keep the ball, but they like to play a quicker game than Spain, and they’re lethal on the counter. Portugal might be willing to play a more aggressive game against Spain, not because they respect them any less, but just because an up-and-down, long-pass-laden track meet isn’t their style. If Portugal tried to play that type of match against Germany, they would have been torn apart.

Spain are the better of the two sides in this semifinal and the deserved favorites, but Portugal have both a history of success against Spain and the personnel to make their life difficult. Cristiano Ronaldo has emerged as the most influential attacking player in the tournament over the last two matches after he got off to a terrible start in his first two. He’s not going to get a lot of touches, and even though that will have a lot to do with Spain’s style of play and general incredible aptitude for possession and very little to do with faults on the part of him or his teammates, he’s going to have to make the most of those touches. He didn’t get many against Germany, and he did very little with them. He will get even fewer touches against Spain.

Even if Spain are not at their best and even if Portugal are able to employ the style they used in that 4-0 friendly victory over their Iberian rivals, they’ll probably need Ronaldo to provide a magical goal or assist out of nothing. They’ll also need Spain to miss good chances, and they might need Iker Casillas to make an error or two. Because as relevant as that friendly seems like it should be to Wednesday’s game, Spain haven’t conceded in the knockout stages of the last two major finals. They’re almost certainly not going to get outplayed, but Portugal have what it takes to nick a result anyway.

Projected Spain Lineup (4-3-3): Iker Casillas; Jordi Alba, Sergio Ramos, Gerard Pique, Álvaro Arbeloa; Sergio Busquets, Xabi Alonso, Xavi Hernandez; Andres Iniesta, Cesc Fàbregas, David Silva.

Projected Portugal Lineup (4-3-3): Rui Patrício; Fábio Coentrão, Bruno Alves, Pepe, João Pereira; Miguel Veloso, João Moutinho, Raul Meireles; Cristiano Ronaldo, Hugo Almeida, Nani

football formations

Monty the Psychic Metal Disk says: Come on, you’ve seen this game before. 1-0 Spain.

Game Date/Time: Wednesday, June 27, 2:45 p.m. ET, 8:45 p.m. local

Venue: Donbass Arena, Donetsk, Ukraine

TV: ESPN (U.S. – English), ESPN Deportes (U.S. – Spanish), BBC One (U.K.), TSN (Canada)

Online: ESPN3

 

and.. last but not the least, i guess it would be ending by Portugal 2 – 1 Spain 😀

how about you guys??

let’s enjoy the match!! 🙂

Data dan Fakta Spain vs Portugal

Mau tau fakta-fakta di masa lalu yang melibatkan pertarungan Spanyol vs Portugal, seperti disajikan oleh rumah taruhan William Hill. Silakan disimak untuk memprediksi siapa lebih unggul hari Kamis dinihari nanti di ajang semifinal yang pertama.

  • Spanyol sudah bertarung vs Portugal 34 kali, memenangkan 16 laga di antaranya, kalah 6 kali;
  • Namun laga semifinal Kamis dinihari nanti hanyalah laga ketiga mereka di luar semenanjung Iberia, di mana kedua negara berada;
  • Pertemuan terakhir mereka terjadi November 2010 di ibukota Portugal, Lisabon, dengan kemenangan untuk tuan rumah 4-0. Itulah kekalahan terbesar Spanyol sejak tahun 1963.
  • Meski dari 34 kali pertemuan, Spanyol unggul di 16 laga di antaranya, namun dari 13 laga terakhirnya, hanya 2 yang berhasil dimenangkan anak-anak Matador;
  • Sebanyak 14 dari kemenangan Spanyol atas Portugal terjadi SEBELUM tahun 1960;
  • Di turnamen besar seperti Piala Dunia dan Euro kedua tim sudah pernah bertemu tiga kali. Masing-masing menang satu kali, dan sisa satunya lagi draw;
  • Ketiga laga di turnamen internasional itu hanya menghasilkan 4 gol saja;
  • Portugal sepanjang sejarah sudah pernah mencapai semifinal Euro tiga kali, yakni pada tahun  1984, 2000, dan 2004, namun hanya satu kali masuk final, yaitu pada 2004 saat Euro dilangsungkan di Portugal;
  • Spanyol berhasil memenangkan 31 dari 34 laga terakhirnya di bawah asuhan pelatih Vicente Del Bosque;
  • Tim Matador baru kebobolan satu gol sejauh ini di Euro 2012, yang paling minim dari semua tim;
  • Lima dari delapan gol yang diciptakan Andres Iniesta dkk di ajang Euro 2012 terjadi di 30 menit terakhir pertandingan;
  • Ada enam kali nyaris gol, atau membentur tiang gawang, yang sudah dilakukan oleh Portugal di Euro 2012 ini. Catatan ini lebih tinggi dari  tim manapun dalam sejarah putaran final Euro.
  • Empat dari enam tendangan membentur tiang gawang itu hasil karya Cristiano Ronaldo. Kalau saja ia sedikit lebih beruntung, ia sudah berada dalam posisi top scorer sendirian;
  • Sepanjang sejarah keikutsertaan di turnamen Euro, Cristiano Ronaldo sudah mengukir 6 gol total. Hanya Michel Platini (sekarang presiden UEFA) dengan 9 gol dan Alan Shearer dengan 7 gol yang lebih tinggi darinya;
  • Cristiano Ronaldo sudah mencoba 30 tembakan ke arah gawang dalam satu turnamen Euro. Inilah rekor tertinggi yang pernah dicoba oleh seorang pemain;
  • Umpan atau pass yang dilakukan Spanyol sejauh ini adalah 2.623 kali, atau dua kalinya Portugal yang hanya 1.159;